Naskah / Foto : Sukrie
Tekad nenek Warumpu adalah sebuah perjuangan yang mungkin harus ditiru. Dengan kesetiiannya saban hari melakukan aktifitas kayaknya orang penting . Kenapa terlihat nenek ini setiap hari turun berjualan singkong . Melihat kondisi sebenarnya rasanya merasa hibah dan belas kasihan terhadap Warumpu yang karuniai 5 orang anak .
Keyakinan yang dimiliki nenek perantauan tentunya perlu ditiru oleh anak muda yang ada saat ini .Dimana usaha jualan singkong buton dilakoninya sejak bersama suami kesayangannya Lasaje ( almarhum ) .
Semasa bersama suaminya nenek ini merasa tidak terbebani dalam membiayai kehidupan rumah tangganya . Karena sang suami bisa membantu kehidupan rumah tangganya . Tapi sejak Lasaje ( suami Warumpu ) meningalkan . Dia dengan rasa berat hati karena harus membiyai sendiri . Apa hendak dikata takdir tak bisa ditolak , suami tercinta telah meninggalkan untuk selamanya.
Semasa ditinggal bersama suaminya Warumpu masih merasa nyaman karena ada yang membantu meringankan biaya hidupnya . Namun setelah ditinggalkan ,”Warumpu merasakan bagaimana ditinggalkan suaminya . Beban berat dipikulnya .
Dia harus menanggung keluarga yang masih bersamanya . Nenek berumur 87 tahun , tinggal di gubuk sederhana bersama kedua anak serta menantunya . Terlihat diwajah orang tua ini masih segar ingatannya .
“ Warumpu tiap hari berjalan kaki dari tempat jualannya ( depan Dishub Kota Samarinda MT. Haryono ) dengan jarak kurang lebih 1 kilometer. Sebab taksi dari tempat menjajakan singkongnya tidak dilewati angkot.
Buat Warumpu bukan menjadi persoalan untuk menghidupi kebutuhan sehari hari maupun merasa terbebani karena berjalan kaki. Kata Warumpu “ Bahwa Hidup seperti ini bukan keinginannya . Tapi ini sudah ada yang ngatur “ Tentang kehidupan manusia.
Bayangkan seusia Warumpu masih terlihat sehat dan segar. Tidak merasa ada gangguan sedikitpun dalam menjalankan aktifitasnya. Hampir 25 tahun terpisah dengan sang suami yang selama ini menemani suka dan dukanya. Selama itu jua dirinya harus berjuang untuk membiayai hidupnya . Kata warumpu pada Nuansa “ bahwa jualan singkong yang dilakoninya kadang kadang untung kalau kadak merugi bahkan modalnya ikut termakan. Singkong yang kami jual dari Pasar Segiri, dari sesama warga buton . Walaupun kami juga ada kebun kecil kecilan tapi belum panen . Sehingga untuk tetap bisa makan kata “ Warumpu harus membeli punya teman . Harga yang kami beli dari pasar segiri 5 kg dihargai Rp. 5.000.- keuntungan dari tiga kilo singkong hanya Rp. 500 .- Karena kami jual 1 kilogramnya diijual dengan harga Rp. 2.500.- . Kalau dilihat nilai yang didapat buat kami cukuplah besar .
Karena kemampuan kami hanya bisa jual singkong. . Alhamdulilah dengan jualan singkong ini dapat membeli beras untuk dimakan bersama anak nya yang masih tinggal bersamanya. Apa yang dilakukan Warumpu nenek yang tinggal di Jalan Wahab Syakrani Gg. 17 Rt. 11 Kelurahan Air hitam bukanlah satu satunya . kehidupan yang sangat pas pasan dengan melihat hasil yang didapat daerah ini.
Tapi masih ada masyarakat yang hidup digaris kemiskinan. Tapi untuk nenek yang sudah tinggal disamarinda puluhan tahun tak sedikitpun menyesali apa yang dilakukannya . Dia bangga menjual singkong dengan sebutan “ singkong buton karena yang menjual orang buton yang merantau ke Samarinda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar