Laman

Nenek Warumpu Tak Merasa Terbebani , Hampir 25 tahun Sang Suami meninggalkan. Berjualan Singkon Boton


Naskah / Foto : Sukrie  
Tekad nenek  Warumpu  adalah sebuah perjuangan yang  mungkin harus ditiru.  Dengan kesetiiannya saban hari  melakukan aktifitas  kayaknya orang penting . Kenapa  terlihat   nenek ini setiap hari turun berjualan singkong . Melihat kondisi sebenarnya rasanya merasa hibah dan belas kasihan  terhadap Warumpu yang karuniai  5 orang anak  .   
Keyakinan yang dimiliki  nenek perantauan  tentunya perlu ditiru  oleh anak muda yang ada saat ini  .Dimana usaha jualan singkong buton  dilakoninya sejak  bersama suami kesayangannya  Lasaje  ( almarhum ) .
Semasa bersama suaminya  nenek ini merasa tidak terbebani  dalam  membiayai kehidupan rumah tangganya . Karena sang suami  bisa  membantu kehidupan  rumah tangganya . Tapi  sejak Lasaje ( suami Warumpu ) meningalkan . Dia dengan rasa berat hati karena harus membiyai sendiri . Apa hendak dikata takdir tak bisa ditolak , suami tercinta telah meninggalkan untuk selamanya.
Semasa ditinggal bersama suaminya Warumpu masih merasa nyaman karena ada yang membantu meringankan biaya hidupnya . Namun  setelah ditinggalkan  ,”Warumpu  merasakan  bagaimana ditinggalkan suaminya . Beban berat  dipikulnya .
Dia harus  menanggung   keluarga  yang masih bersamanya . Nenek  berumur  87 tahun , tinggal di gubuk sederhana  bersama  kedua anak  serta menantunya . Terlihat diwajah orang  tua ini masih segar ingatannya .
“ Warumpu tiap hari  berjalan kaki dari tempat  jualannya ( depan Dishub Kota Samarinda MT. Haryono ) dengan jarak  kurang lebih  1 kilometer.  Sebab taksi  dari tempat menjajakan singkongnya tidak dilewati  angkot.
Buat Warumpu  bukan menjadi persoalan untuk menghidupi  kebutuhan sehari hari maupun  merasa  terbebani karena berjalan kaki. Kata Warumpu “ Bahwa Hidup  seperti ini  bukan keinginannya . Tapi ini sudah ada yang ngatur  “ Tentang kehidupan manusia.

Bayangkan  seusia  Warumpu masih terlihat sehat dan segar. Tidak merasa ada gangguan sedikitpun  dalam menjalankan aktifitasnya. Hampir 25 tahun terpisah dengan sang suami  yang selama ini menemani suka dan dukanya.  Selama itu jua dirinya harus berjuang untuk membiayai hidupnya . Kata warumpu pada Nuansa “ bahwa  jualan singkong yang dilakoninya kadang kadang untung kalau kadak merugi bahkan modalnya ikut  termakan.  Singkong yang kami  jual dari  Pasar Segiri,  dari sesama warga  buton . Walaupun kami juga ada kebun kecil kecilan tapi belum panen . Sehingga untuk tetap bisa makan kata “ Warumpu harus membeli punya teman  . Harga yang kami beli dari pasar segiri 5 kg dihargai Rp. 5.000.- keuntungan dari tiga kilo singkong  hanya Rp. 500 .- Karena  kami jual 1 kilogramnya diijual  dengan harga Rp. 2.500.- .  Kalau dilihat nilai yang didapat  buat kami cukuplah besar .
 Karena kemampuan kami hanya  bisa  jual singkong. . Alhamdulilah  dengan jualan singkong ini  dapat  membeli beras untuk dimakan bersama anak nya yang masih tinggal bersamanya.  Apa yang dilakukan Warumpu nenek yang tinggal  di Jalan Wahab Syakrani Gg. 17 Rt. 11 Kelurahan Air hitam bukanlah  satu satunya .  kehidupan  yang sangat pas pasan dengan melihat hasil yang didapat   daerah ini.
Tapi masih ada  masyarakat yang hidup digaris kemiskinan.   Tapi untuk  nenek yang sudah tinggal disamarinda puluhan tahun tak sedikitpun menyesali apa yang dilakukannya .  Dia bangga menjual singkong dengan sebutan “ singkong buton karena yang menjual orang buton yang merantau ke Samarinda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar